SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG

Selasa, 09 September 2014

Karya 4 Dibukukan (Kisah Inspiratif)

Solo, Riwayatmu Kini
Karya: Faiz Deja Ramadhan
            Pagi itu angin dingin masih berhembus hingga menusuk tulang, tetapi saya dan temanku, Awan sudah melajukan motor ke jalan raya dari tempat singgah kami sejak kemarin sore setelah perjalanan dari Yogyakarta kami tempuh. Jalan raya cukup sepi mengingat hari minggu merupakan hari libur yang tidak membuat banyak orang senang berpergian sepagi ini. Tapi berbeda dengan masyarakat di kota ini, saat kami memakirkan kendaraan di tempat parkir lalu sedikit berjalan ke tempat tujuan berolahraga di minggu pagi, keadaan ramai menyambut kami dengan adanya lalu lalang banyak orang dengan beberapa kegiatan yang mereka lakukan, seperti lari pagi, bersepeda, berjalan santai bersama keluarga bahkan ada juga yang membeli makanan kecil yang dijual para pedagang keliling.
Ini adalah kegiatan Car Free Day di Kota Solo yang baru saya singgahi pagi ini setelah sebelumnya menginap di pinggiran kota setelah menempuh perjalanan dari Yogyakarta kemarin, bertempat di Jalan Slamet Riyadi yang merupakan jalan utama di Kota Surakarta. Saya dan teman saya memang tidak salah memutuskan untuk mengunjungi kota Solo yang sungguh indah bahkan di tujuan pertama kami yaitu Car Free Day Jalan Slamet Riyadi yang dapat melepas penat kami sehari. Saat pertama kali memasuki jalan ini dan bersiap berolahraga pagi, sambil menikmati hari minggu, saya sejenak berpikir dan melihat sekelilingku hingga catatan harian di blog yang saya tuliskan menceritakan untaian kata-kata berikut yang menggambarkan perjalanan dan keindahan Kota Surakarta yang saya jelajahi seharian pada hari minggu itu.
Solo. Bagi pecinta jalan-jalan dan pebisnis, mungkin kota budaya sekelas Solo sudah tidak asing lagi di telinga. Kota yang merombak habis tatanannya pada masa kepemimpinan Jokowi ini semakin cantik dan mengokokohkan dirinya sebagai kota budaya berbasis modern. Tak salah memang jika kota ini menganggap dirinya sebagai Spirit Of Java. Mengingat budaya yang masih terasa kental dapat berbaur dengan modernisasi dan pembangunan yang berbau multikulturalisme. Beberapa pusat bisnis juga dibangun di kota ini. Hal itu terbukti dengan tumbuh suburnya mall dan hotel sebagai investasi bisnis para pengusaha. Namun seringkali pelancong termasuk saya yang datang ke kota Solo terkadang harus menelan kekecewaan saat dua kubu Kasunanan Surakarta sedang bergejolak seperti beberapa waktu lalu. Akibatnya wisatawan yang berkunjung ke keraton pun terbatas, dan tak dapat menyaksisan kemegahan serta akulturasi budaya yang kental di dalamnya. Belum juga beberapa prosesi budaya seperti arak-arakan pusaka yang biasanya di gelar saat Bulan Muharam tak dapat di saksikan karena ada dua kubu yang saling serang itu. Sungguh sangat disayangkan atas  sikap yang ditunjukkan bagi sosok pemimpin kebudayaan yang tidak memberikan rasa nyaman bagi wisatawan. Seharusnya mereka lebih dapat berkaca dan saling duduk bersama untuk berpikir tentang solo yang akan datang, bukan masalah pribadi yang berimbas pada sektor yang lain.
Namun meninggalkan sedikit masalah tersebut, Solo sudah banyak berbenah saat ini. Wisatawan dimanjakan dengan kota kecil berbasis Budaya Jawa namun memiliki gaya Eropa. Sebagai gambaran pertama kita dapat melihat arsitektur yang ada di Keraton Surakarta yang saya kunjungi setelah menikmati Car Free Day di Jalan Slamet Riyadi. Bangunan itu dirancang bergaya Eropa-Tiongkok dan Jawa dengan beberapa patung dan ornamen khas Eropa seperti patung malaikat bersayap. Begitu juga dengan menara yang dibangun menyerupai pagoda. Tak hanya sampai disitu saja,  saat saya berwisata ke Solo, hal menarik pertama adalah menelusuri Solo City Walk di sepanjang trotoar pinggir Jalan Slamet Riyadi yang membentang kurang lebih 7 kilometer. Di jalan yang biasanya Solo Car Free Day ini dilaksanakan setiap minggunya, sembari berjalan di atas trotoar yang lebar dengan payung pepohonan yang rindang, kita dimanjakan dengan pemandangan kota yang rapi. Selain itu wisatawan juga dapat mengunjungi kampung batik kauman yang berada di sekitaran jalan itu. Beberapa pusat kebudayaan juga berada persis di sepanjang jalan kota yang kini menjadi salah satu ikon kota Solo ini. Beberapa diantaranya adalah Museum Batik Kuno Nasional Danar Hadi, Taman Sri Wedari, Pura Mangkunegaran dan Museum Radya Pustaka. Kalau beruntung wisatawan juga akan disuguhi Kereta Jaladara yang melintas sejajar dengan Solo City Walk, itu tentunya akan memberi pengalaman yang berbeda, mengingat ada kereta uap berjalan di tengah kota. Nampak seperti sedang di Eropa bukan? Namun sayang, saya tidak dapat menyaksikan kereta itu. Selain itu bagi yang suka akan wisata belanja tak usah berkecil hati, karena pembangunan Solo yang berbasis kota bisnis dan modern ini sudah menghadirkan banyak mall di kota kecil ini. Bahkan beberapa diantaranya berjajar di sepanjang jalan Slamet Riyadi, tentunya sambil menikmati kota melalui Solo City Walk juga dapat mampir ke pusat perbelanjaan dan mall bahkan pasar tradisional Klewer juga dapat ditempuh di rute ini. Membeli oleh-oleh, souvenir, atau sekedar belanja tak jadi masalah lagi.

Jika berjalan kaki terasa melelahkan atau masih ingin melihat landscape Solo yang lebih luas, tak ada salahnya mencoba wahana baru di kota Solo. Bus tingkat Werkudoro. Bus warna merah ini di desain mirip dengan bus yang ada di London dan beberapa koda besar Eropa. Hanya dengan membayar tiket sebesar 20.000 rupiah wisatawan sudah dapat menikmati keindahan Solo dari atas bus tingkat ini. Bus ini akan mengunjungi tempat-tempat yang menjadi ikon kota Solo seperti Keraton Surakarta dan Kampung Batik Lawean. Sayangnya bus ini tidak beroperasi setiap hari, melainkan hanya di hari Sabtu, Minggu, dan hari libur dengan pemesannan tiket satu hari sebelumnya. Mungkin pihak terkait harus menambah armadanya sehingga rute perjalanan dapat dilayani setiap hari tanpa pemesanan tiket sebelumya, sehingga kenyamanan wisatawan dapat terpenuhi. Kota Solo juga menawarkan banyak taman kota untuk beristirahat atau sekedar me-refresh pikiran yang penat akan aktivitas. Taman Balai Kambang yang bersejarah hingga Taman Perjuangan 45 serta taman-taman kecil lainnya wajib di coba untuk meregangkan otot sementara. Keberadaan taman-taman itu menambah kokohnya Solo yang menduplikasi tata kota Eropa Jawa. Solo yang sedang bergejolak, riwayatmu kini menjadi sebuah kota kecil dengan alkulturasi budaya yang apik. Tunggu apa lagi, kalau ingin merasakan budaya Jawa yang modern seperti yang membuat saya berkesan berwisata ke kota itu beberapa waktu lalu tak perlu ragu untuk berkunjung ke Kota Solo atau Surakarta, Jawa Tengah karena Solo adalah The Spirit Of  Java.

Kisah ini dapat dibaca pada buku Buku Wisata Asyik Ala Penulis, Kumpulan Kisah Inspiratif di Lokasi Wisata oleh FAM Jabodetabek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar