SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG

Rabu, 10 September 2014

Karya 14 Dibukukan (Cerpen Islami)

ROMANTIKA CINTA ISLAMI MAHASISWA AKTIVIS
Karya: Faiz Deja Ramadhan

 Rasa cinta terhadap sesama makhluk juga perasaan cinta kepada Tuhan haruslah dengan ditunjukan dengan akhlak yang mulia.

            “Allahu Akbar, Allahu Akbar... .” Suara azan berkumandang pada siang itu menjadi suatu pertanda bagi umat muslim untuk menunaikan ibadah sholat Zuhur. Dewa pun segera menyandang tasnya dan bergegas ke luar kelas setelah dosen di kelasnya meninggalkan ruangan, ia pun berjalan cepat menuju ke arah barat kampus tempat di mana sumber suara azan itu berkumandang, Dewa pun masuk masjid dan segera menunaikan sholat Zuhur siang itu.
            Setelah empat rakaat telah ia tunaikan, Dewa mengenakan kedua sepatunya di serambi masjid dekat dengan halaman yang ditumbuhi rumput, seorang wanita cantik berkerudung biru menyapa dengan suaranya yang tak asing bagi Dewa.
“Hai De..” Sapa Melati.
“Walaikumsalam Warohmatullahi Wabarakatuh...” Sahut Dewa.
“Emmmhh Maaf ya De...” Ujar Melati.
“Ternyata yang dibilang orang-orang itu benar ya apabila seseorang sedang berada di atas kehidupannya bahkan dia saja bisa lupa salam.”  Ujar Dewa lalu meninggalkan Melati.
Melati pun hanya tertegun malu atas sikapnya yang memang salah namun Dia berpikir mengapa Dewa masih belum bisa memaafkannya dan mengerti keadannya sekarang. Melati pun berpikir apakah hubungan pertemanan mereka bisa baik lagi seperti dahulu.
            Dewa dan Melati adalah teman yang sangat dekat dulunya, sejak mereka berdua duduk di bangku Sekolah Dasar hingga sekarang mereka berada di satu Peguruan Tinggi, Dewa dan Melati masih bersama meskipun akhir-akhir ini pertemanan mereka berdua mengalami kerenggangan, sebab pastinya Melati tidak mengetahui persis. Mereka juga bertetangga di suatu kompleks perumahan. Dewa adalah mahasiswa jurusan Ilmu Politik Pemerintahan dan Melati adalah mahasiswa jurusan Psikologi, meskipun mereka berdua berbeda jurusan dan fakultas namun keduanya sangat dekat sekali di organisasi yang mereka urus bersama bahkan hal itu sudah terjadi ketika mereka berdua SMA. Hingga organisasi mereka di SMA sukses dan membuat mereka berdua mendapat predikat anak-anak yang pandai sehingga mereka mudah masuk ke perguruan tinggi negeri bonafit yang menjadi tempat mereka belajar sekarang.
       Di kampus, Dewa dan Melati menggeluti organisasi yang sama seperti ketika mereka SMA, dan Dewa pun menjadi ketua organisasi tersebut sementara Melati menjadi Bendaharanya. Organisasi mereka berdua merupakan organisasi yang bergerak di bidang sosial dan pergerakan aktivis mahasiswa dalam menyuarakan aspirasi rakyat terhadap isu-isu tertentu. Baru sekitar tiga bulan dari pelantikan jabatan kepengurusan mereka di organisasi tersebut dari  masa jabatan mereka berdua selama setahun, keharmonisan hubungan antara Dewa dan Melati mulai terganggu, pasalnya Dewa yang sering turun ke jalan bersama kawan-kawan seorganisasinya itu, untuk menyuarakan aspirasi masyarakat di tengah isu-isu yang beredar setiap waktunya  juga menyuarakan aspirasi masyarakat dengan aksi turun ke jalan bersama mahasiswa-mahasiswa lainnya mengenai kasus yang menimpa sederet pejabat di daerah tempat tinggal mereka dan kampus mereka. Kasus itu yang di antaranya juga menyeret ayah kandung Melati, yaitu bapak Sunarto selaku salah satu anggota DPRD di kota mereka.
            Kasus yang tengah menjadi bahan perbincangan semua orang di kota tempat tinggal Dewa dan Melati itu membeberkan bahwa adanya korupsi yang dilakukan walikota terhadap salah satu anggaran Dinas Kota yang kabarnya pula uang haram hasil korupsi tersebut dibagikan ke semua pejabat pemerintahan di kota itu mulai dari para pegawai balai kota, wakil walikota, kepala-kepala Dinas, para Rektor kampus di kota itu, para  kepala sekolah di kota itu hingga anggota DPRD, Camat, Lurah bahkan hingga tingkat Ketua RW pun menerima kucuran dana tersebut.
            Media massa di kota tersebut pun sudah gencar memberitakan kasus ini, mulai dari pembahasan yang paling netral hingga yang paling berlebihan, mulai dari media cetak seperti koran, tabloid, majalah, juga media elektronik seperti televisi, radio, situs berita dan akun-akun berita online di jejaring sosial. Ini juga yang membuat Dewa seakan tak percaya bahwa pejabat-pejabat di kota tempat tinggalnya bersifat sangat busuk seperti ini. Bahkan yang membuatnya tidak menyangka kasus ini menyeret pimpinan tertinggi di kampusnya alias rektor kampus Dewa dan ayah dari Melati yang selama ini ia kenal sangat baik, bersahaja, bahkan religius apalagi dekat terhadap rakyat.
            Sosok Bapak Sunarto ayah kandung dari Melati telah Dewa kenal semenjak ia kecil, bahkan sosok ayahanda dari Melati itu menjadi seorang inspirasi bagi Dewa akan ayah yang sempurna mengingat apalagi Dewa adalah anak yatim dari umur balita. Dulu ayah Melati sering bersama Melati dan ibunya bertamu ke rumah Dewa sejak mereka kecil sampai mereka dewasa pun hal itu masih sering terjadi, Ibu Dewa, Ibu Maryam juga sangat baik kepada keluarga Melati sehingga ini juga yang membuat keluarga mereka berdua sangat dekat dan akrab.  
            Namun rasanya kini jauh berubah drastis seperti masa lalu itulah yang dipikirkan Melati. Ini bermula semenjak ayah Melati dilantik menjadi anggota DPRD Kota setahun yang lalu, setelah menang atas pemilihan legislatif di daerah pemilihan kota itu. Pada awalnya Dewa sangat senang dan bangga juga kagum bahwa ayahnya Melati mau maju sebagai salah satu anggota DPRD, Dewa tahu bahwa Bapak Sunarto memiliki banyak kawan dan relasi juga sangat dekat dengan semua orang, santun dalam berbicara, sopan dalam bertindak, religius pada agamanya sehingga mendekatkan Beliau dengan semua kalangan di masyarakat baik ulama, pejabat, pengusaha bahkan hingga petani pun pasti mengenal Bapak Sunarto ayahanda dari Melati itu. Tapi Melati menyadari meskipun Dewa dulunya terkagum-kagum atas usahanya sebelum menjadi anggota DPRD bahkan mendukung ayahnya, kini ia berubah, Dewa seakan sangat tidak menyukai ayahnya bahkan termasuk Melati dan semua keluarganya. Ditambah kasus yang sedang beredar sekarang menambah ketidakacuhan Dewa terhadap Melati mereka jadi jarang bertegur sapa, berbicara bersama padahal banyak sekali urusan organisasi mereka yang harus dikomunikasikan. Bahkan jika Melati meminta Dewa untuk berbicara empat mata, Dewa selalu mengelak dan menghindar dengan alasan memiliki keperluan yang lebih penting. Di satu bulan terakhir ini Dewa dan Melati hanya berkomunikasi lewat rapat bersama saja yang seakan ketika rapat bersama staf-staf lain di organisasi mereka antara mereka berdua baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa. Dewa sepertinya sengaja menyembunyikan hal ini dari orang lain, dan Melati berpikir Dewa hanya ingin menunjukan kebenciannya terhadap ayah Melati kepada dirinya seorang.
            Ketika hari dimana terjadi aksi demo besar yang menuntut reformasi birokrasi semua pejabat di kota yang dilakukan ribuan pasukan mahasiswa yang dipimpin Dewa sebagai koordinator lapangannya dilakukan, Melati berlari dari ruang kelasnya menuju kantor organisasinya dan dia bertemu Dewa sebelum Dewa berangkat untuk menuju aksi demonstrasi tersebut. Melati pun memohon kepada Dewa untuk tidak melakukan aksi itu. Dewa pun menolak permintaan Melati dan semakin mengacuhkannya. Sejak saat itu Melati semakin sedih dan takut apabila aksi yang dilakukan Dewa bisa membuat ayahnya dipenjara, anak mana yang tidak malu dan menangis ketika ayahnya ditetapkan menjadi seorang narapidana dan dipenjara nantinya, ucap hati nurani Melati. Semenjak itu Melati berpikir untuk mencari solusi dari kasus ini baik membenahi hubungannya dengan Dewa maupun membuktikan kebenaran yang sebenarnya terjadi pada kasus ini. Melati pasrah apabila ayahnya terbukti bersalah terlibat dalam kasus korupsi itu.
            Namun Melati sangat yakin bahwa ayahnya tidak mungin terlibat kasus korupsi tersebut, karena Ia juga pernah bertanya keterlibatan ayahnya dalam kasus itu sebelum aksi Dewa berlangsung. Ayahnya menjawab tidak dan beliau lebih menyuruh Melati untuk tenang dan berpikir positif agar ayahnya selamat nantinya dari segala fitnah orang-orang yang membencinya. Maka dari jawaban itu pula Melati melarang aksi demonstrasi besar-besaran yang dimotori Dewa demi menghindari anarkisme dan lebih menyelidiki kebenaran kasus tersebut.
            Namun aksi demontrasi Dewa dan teman-temannya cukup berhasil dilakukan hingga menangkap seluruh anggota DPRD termasuk ayahanda Melati. Penangkapan itu membuat Melati dan ibunya shock hingga ibunya harus dirawat di rumah sakit dan Melati manjadi sering tidak masuk kuliah karena menjaga ibunya di rumah sakit. Sampai Dewa bingung kemana Melati  sampai jarang terlihat di kampus
            Dewa mencari tahu dengan datang ke rumah Melati, ia mengunjungi rumah Melati namun tak mendapatkan apa-apa hingga ia merasa bersalah karena aksinya
tempo hari membuat dia kehilangan kabar tentang Melati.
            Setelah seminggu dari hiruk pikuk penangkapan dan kasus yang menimpa ayah Melati. Belakangan Dewa tahu bahwa Melati selama ini sering tidak masuk karena berada di rumah sakit menjaga dan merawat ibunya yang masih trauma akan penangkapan suami beliau. Dewa pun berharap semoga keluarga Melati diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi kasus ini bahkan Dewa juga masih berharap bahwa Bapak Sunarto, ayahanda Melati bisa terbebas dari jeratan hukum karena adanya bukti yang tidak menjerumuskan dia, tapi entahlah Dewa pun berharap semoga mukjizat itu bisa datang. Selama kasus itu diselidiki hukum  Dewa semakin khawatir dengan keadaan Melati di setiap harinya, ia selalu memikirkan Melati bahkan hingga memimpikan Melati di dalam tidurnya. Dewa pun merasa iba dan kasihan terhadap Melati atas musibah yang melanda keluarganya. Dewa juga merasa bersalah tidak berhasil menenangkan Melati disaat-saat seperti ini, mereka malah berjauhan bahkan tidak berkomunikasi sama sekali,  perasaan Dewa terhadap Melati seakan melibihi perasaan seorang teman. Ya, Melati memang cantik dan shalihah dan Dewa menyukai tipe wanita seperti itu tapi Dewa selalu menyangkal dan menahan diri untuk tidak mencintai Melati karena dia mengerti perbedaan keluarga mereka dari segi ekonomi maupun kehormatannya. Dewa pun menghindari perilaku zinah seperti anak-anak muda yang sudah berpasangan dan mudah melakukan zinah tersebut di jaman sekarang.
            Disisi lain Melati yang sembari menjaga ibunya sakit di rumah sakit, dia juga memikirkan Dewa dan keadaannya. Melati sama sekali tidak membenci Dewa atas penangkapan ayahnya, ia hanya berdoa dan berharap ayahnya terbebas dari kasus itu karena ia yakin selama ini ayahnya selalu bertindak benar.
            Seminggu lebih Melati menjaga ibunya di rumah sakit, dan ayahnya mendekam di balik jeruji besi. Ini lah tiba saatnya dimana Dewa maupun Melati menunggu hasil keputusan sidang dibacakan siapa saja yang bersalah dan terjerat kasus korupsi ini. Melati pun berdoa dan berusaha tabah sambil menenangkan ibunya. Dewa juga hadir dalam sidang itu dan berharap kebenaran yang sebenarnya terungkap.
            Saat semua bukti dan saksi dipersidangan dimunculkan dalam persidangan itu menguatkan adanya keterlibatan semua pejabat kota dari Walikota hingga semua anggota DPRD yang juga termasuk ayahanda Melati terbukti bersalah menyelewengkan uang anggaran Dinas dengan penggunaan yang tidak semestinya. Namun sebelum hakim membacakan keputusan, ayahanda Melati, Bapak Sunarto melakukan pembelaan dengan menghadirkan sanksi dan bukti-bukti baru yang menguatkan tuduhan terhadap dirinya dan beberapa orang temannnya di DPRD tidak bersalah. Setelah saksi dan bukti itu yang diberikan Bapak Sunarto dimunculkan di persidangan akhirnya itu menepis keputusan hakim untuk menjerat Bapak Sunarto ke dalam sanksi hukum. Tidak hanya itu saja beberapa teman anggota DPRD bapak Sunarto yang tergabung dalam satu fraksi mereka tersendiri dinyatakan tidak bersalah oleh hakim karena hakim menemukan bukti yang kuat bahwa frasksi Bapak Sunarto dan kawan-kawan tidak ikut campur dalam melakukan tindak pidana korupsi terhadap anggaran Dinas Kota di kasus tersebut, akhirnya Bapak Sunarto bebas dan membuat Melati sangat bersyukur.
            Setelah persidangan Dewa pun menghampiri Bapak Sunarto dan mencium tangannya sambil memohon maaf, disaat itu pula Dewa menangis sedih merasa bersalah karena membuat Bapak Sunarto sempat dipenjara, Melati yang melihatnya merasa sangat terharu akan kemurahan hati Dewa. Lalu ayah melati pun meminta Dewa untuk menikahi Melati kemudian Dewa menjawab mau atas permintaan itu. Melati pun tersipu malu akan jawaban Dewa, Ayah dan Ibu Melati tersenyum bahagia melihat Melati mendapatkan pria yang baik. Empat tahun kemudian setelah Melati dan Dewa lulus dari studinya dan Dewa telah mendapat pekerjaan tetap mereka berdua menikah dan menjadi pasangan yang bahagia hidup bersama selamanya. Teman-teman mereka menjuluki mereka pasangan aktivis mahasiswa dan aktivis mahasisiwi yang bahagia, julukan itu dibalas dengan senyum sumringah kedua mempelai, Dewa dan Melati.

            Dari cerita lika-liku percintaan remaja islami antara Dewa dan Melati kita mendapatkan pelajaran bahwa seorang aktivis yang membela aspirasi-aspirasi rakyat seharusnya tidak selamanya bertindak menyalahkan dan beraksi dengan keras karena belum tentu yang kita curigai bersalah dia benar bersalah. Kisah cinta remaja  Dewa dan Melati yang bernuansa islami seakan membuka mata bahwa seorang mahasiwa harus pintar dan aktif serta dengan menjadi aktivis juga harus mempunyai perasaan cinta terhadap negaranya dengan perjuangan membela aspirasi rakyat, memiliki rasa kemanusiaan mendengar penderitaan masyarakat dan juga tak hanya perasaan cinta terhadap lawan jenis saja yang dipentingkan hanya karena remaja, tetapi juga harus ada perasaan cinta kepada semua makhluk serta perasaan cinta kepada Tuhan dengan ditunjukannya akhlak yang mulia.

                     Cerpen ini juga dapat dibaca di dalam Buku Cinta Karena-Nya Penerbit Pena House.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar