ROMANTIKA
CINTA ISLAMI MAHASISWA AKTIVIS
Karya: Faiz Deja Ramadhan
Rasa cinta terhadap
sesama makhluk juga perasaan cinta kepada Tuhan haruslah
dengan ditunjukan
dengan akhlak yang mulia.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar... .”
Suara azan berkumandang pada siang itu menjadi suatu pertanda bagi umat muslim
untuk menunaikan ibadah sholat Zuhur. Dewa pun segera menyandang tasnya dan
bergegas ke luar kelas setelah dosen di kelasnya meninggalkan ruangan, ia pun berjalan cepat menuju ke arah barat kampus tempat
di mana sumber suara azan itu berkumandang, Dewa pun masuk masjid dan segera
menunaikan sholat Zuhur siang itu.
Setelah empat rakaat telah ia tunaikan, Dewa mengenakan kedua sepatunya di serambi
masjid dekat dengan halaman yang ditumbuhi
rumput, seorang wanita cantik berkerudung biru
menyapa dengan suaranya yang tak asing bagi Dewa.
“Hai De..” Sapa Melati.
“Walaikumsalam
Warohmatullahi Wabarakatuh...” Sahut Dewa.
“Emmmhh Maaf ya De...”
Ujar Melati.
“Ternyata yang
dibilang orang-orang itu benar ya apabila seseorang sedang berada di atas
kehidupannya bahkan dia saja bisa lupa salam.”
Ujar Dewa lalu meninggalkan Melati.
Melati pun hanya
tertegun malu atas sikapnya yang memang salah namun Dia berpikir mengapa Dewa
masih belum bisa memaafkannya dan mengerti keadannya sekarang. Melati pun
berpikir apakah hubungan pertemanan mereka bisa baik lagi seperti dahulu.
Dewa dan Melati adalah teman yang
sangat dekat dulunya, sejak mereka berdua duduk di bangku Sekolah Dasar hingga
sekarang mereka berada di satu Peguruan Tinggi, Dewa dan Melati masih bersama
meskipun akhir-akhir ini pertemanan mereka berdua mengalami kerenggangan, sebab
pastinya Melati tidak mengetahui persis. Mereka juga bertetangga di suatu
kompleks perumahan. Dewa adalah mahasiswa jurusan Ilmu Politik Pemerintahan dan
Melati adalah mahasiswa jurusan Psikologi, meskipun mereka berdua berbeda
jurusan dan fakultas namun keduanya sangat dekat sekali di organisasi yang
mereka urus bersama bahkan hal itu sudah terjadi ketika mereka berdua SMA.
Hingga organisasi mereka di SMA sukses dan membuat mereka berdua mendapat
predikat anak-anak yang pandai sehingga mereka mudah masuk ke perguruan tinggi
negeri bonafit yang menjadi tempat mereka belajar sekarang.
Di
kampus, Dewa dan Melati
menggeluti organisasi yang sama seperti ketika mereka SMA, dan Dewa pun menjadi
ketua organisasi tersebut sementara Melati menjadi Bendaharanya. Organisasi
mereka berdua merupakan organisasi yang bergerak di bidang sosial dan
pergerakan aktivis mahasiswa dalam menyuarakan aspirasi rakyat terhadap isu-isu tertentu.
Baru sekitar tiga bulan dari pelantikan jabatan kepengurusan mereka di
organisasi tersebut dari masa jabatan
mereka berdua selama setahun, keharmonisan hubungan antara Dewa dan Melati
mulai terganggu, pasalnya Dewa yang sering turun ke jalan bersama kawan-kawan
seorganisasinya itu,
untuk menyuarakan aspirasi masyarakat di tengah isu-isu yang
beredar setiap waktunya juga menyuarakan
aspirasi masyarakat dengan aksi turun ke jalan bersama mahasiswa-mahasiswa
lainnya mengenai kasus yang menimpa sederet pejabat di daerah tempat tinggal
mereka dan kampus mereka. Kasus itu yang di antaranya juga menyeret ayah
kandung Melati, yaitu bapak Sunarto selaku salah satu anggota DPRD di kota
mereka.
Kasus yang tengah menjadi bahan
perbincangan semua orang di kota tempat tinggal Dewa dan Melati itu membeberkan
bahwa adanya korupsi yang dilakukan walikota terhadap salah satu anggaran Dinas
Kota yang kabarnya pula uang haram hasil korupsi tersebut dibagikan ke semua
pejabat pemerintahan di kota itu mulai dari para pegawai balai kota, wakil
walikota, kepala-kepala Dinas, para Rektor kampus di kota itu, para kepala sekolah di kota itu hingga anggota
DPRD, Camat, Lurah bahkan hingga tingkat Ketua RW pun menerima kucuran dana tersebut.
Media massa di kota tersebut pun
sudah gencar memberitakan kasus ini, mulai dari pembahasan yang paling netral
hingga yang paling berlebihan, mulai dari media cetak seperti koran, tabloid,
majalah, juga media elektronik seperti televisi, radio, situs berita dan
akun-akun berita online di jejaring sosial. Ini juga yang membuat Dewa seakan
tak percaya bahwa pejabat-pejabat di kota tempat tinggalnya bersifat sangat
busuk seperti ini. Bahkan yang membuatnya tidak menyangka kasus ini menyeret
pimpinan tertinggi di kampusnya alias rektor kampus Dewa dan ayah dari Melati
yang selama ini ia kenal sangat baik, bersahaja, bahkan religius apalagi dekat
terhadap rakyat.
Sosok Bapak Sunarto ayah kandung
dari Melati telah Dewa kenal semenjak ia kecil, bahkan sosok ayahanda dari Melati
itu menjadi seorang inspirasi bagi Dewa akan ayah yang sempurna mengingat apalagi
Dewa adalah anak yatim dari umur balita. Dulu ayah Melati sering bersama Melati
dan ibunya bertamu ke rumah Dewa sejak mereka kecil sampai mereka dewasa pun
hal itu masih sering terjadi, Ibu Dewa, Ibu Maryam juga sangat baik kepada
keluarga Melati sehingga ini juga yang membuat keluarga mereka berdua sangat
dekat dan akrab.
Namun rasanya kini jauh berubah
drastis seperti masa lalu itulah yang dipikirkan Melati. Ini bermula semenjak
ayah Melati dilantik menjadi anggota DPRD Kota setahun yang lalu, setelah
menang atas pemilihan legislatif di daerah pemilihan kota itu. Pada awalnya Dewa
sangat senang dan bangga juga kagum bahwa ayahnya Melati mau maju sebagai salah
satu anggota DPRD, Dewa tahu bahwa Bapak Sunarto memiliki banyak kawan dan
relasi juga sangat dekat dengan semua orang, santun dalam berbicara, sopan
dalam bertindak, religius pada agamanya sehingga mendekatkan Beliau dengan
semua kalangan di masyarakat baik ulama, pejabat, pengusaha bahkan hingga
petani pun pasti mengenal Bapak Sunarto ayahanda dari Melati itu. Tapi Melati
menyadari meskipun Dewa dulunya terkagum-kagum atas usahanya sebelum menjadi
anggota DPRD bahkan mendukung ayahnya, kini ia berubah, Dewa seakan sangat
tidak menyukai ayahnya bahkan termasuk Melati dan semua keluarganya. Ditambah
kasus yang sedang beredar sekarang menambah ketidakacuhan Dewa terhadap Melati
mereka jadi jarang bertegur sapa, berbicara bersama padahal banyak sekali
urusan organisasi mereka yang harus dikomunikasikan. Bahkan jika Melati meminta
Dewa untuk berbicara empat mata, Dewa selalu mengelak dan menghindar dengan
alasan memiliki keperluan yang lebih penting. Di satu bulan terakhir ini Dewa
dan Melati hanya berkomunikasi lewat rapat bersama saja yang seakan ketika
rapat bersama staf-staf lain di organisasi mereka antara mereka berdua
baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa. Dewa sepertinya sengaja
menyembunyikan hal ini dari orang lain, dan Melati berpikir Dewa hanya ingin
menunjukan kebenciannya terhadap ayah Melati kepada dirinya seorang.
Ketika hari dimana terjadi aksi demo
besar yang menuntut reformasi birokrasi semua pejabat di kota yang dilakukan
ribuan pasukan mahasiswa yang dipimpin Dewa sebagai koordinator lapangannya dilakukan,
Melati berlari dari ruang kelasnya menuju kantor organisasinya dan dia bertemu Dewa
sebelum Dewa berangkat untuk menuju aksi demonstrasi tersebut. Melati pun memohon
kepada Dewa untuk tidak melakukan aksi itu. Dewa pun menolak permintaan Melati
dan semakin mengacuhkannya. Sejak saat itu Melati semakin sedih dan takut
apabila aksi yang dilakukan Dewa bisa
membuat ayahnya dipenjara, anak mana yang tidak malu dan menangis ketika
ayahnya ditetapkan menjadi seorang narapidana dan dipenjara nantinya, ucap hati
nurani Melati. Semenjak itu Melati berpikir untuk mencari solusi dari kasus ini
baik membenahi hubungannya dengan Dewa maupun membuktikan kebenaran yang
sebenarnya terjadi pada kasus ini. Melati pasrah apabila ayahnya terbukti
bersalah terlibat dalam kasus korupsi itu.
Namun Melati sangat yakin bahwa
ayahnya tidak mungin terlibat kasus korupsi tersebut, karena Ia juga pernah
bertanya keterlibatan ayahnya dalam kasus itu sebelum aksi Dewa berlangsung. Ayahnya menjawab tidak dan
beliau lebih menyuruh Melati untuk tenang dan berpikir positif agar ayahnya
selamat nantinya dari segala fitnah orang-orang yang membencinya. Maka dari
jawaban itu pula Melati melarang aksi demonstrasi besar-besaran yang dimotori Dewa demi menghindari anarkisme dan
lebih menyelidiki kebenaran kasus tersebut.
Namun
aksi demontrasi Dewa dan teman-temannya cukup berhasil dilakukan hingga
menangkap seluruh anggota DPRD termasuk ayahanda Melati. Penangkapan itu
membuat Melati dan ibunya shock hingga ibunya harus dirawat di rumah sakit dan
Melati manjadi sering tidak masuk kuliah karena menjaga ibunya di rumah sakit.
Sampai Dewa bingung kemana Melati sampai
jarang terlihat di kampus
Dewa mencari tahu dengan datang ke
rumah Melati, ia
mengunjungi rumah Melati namun tak mendapatkan apa-apa
hingga ia merasa bersalah karena aksinya
tempo hari membuat
dia kehilangan kabar tentang Melati.
Setelah seminggu dari hiruk pikuk
penangkapan dan kasus yang menimpa ayah Melati. Belakangan Dewa tahu bahwa Melati
selama ini sering tidak masuk karena berada di rumah sakit menjaga dan merawat
ibunya yang masih trauma akan penangkapan suami beliau. Dewa pun berharap
semoga keluarga Melati diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi kasus
ini bahkan Dewa juga masih berharap bahwa Bapak Sunarto, ayahanda Melati bisa
terbebas dari jeratan hukum karena adanya bukti yang tidak menjerumuskan dia,
tapi entahlah Dewa pun berharap semoga mukjizat itu bisa datang. Selama kasus
itu diselidiki hukum Dewa semakin
khawatir dengan keadaan Melati di setiap harinya, ia selalu memikirkan Melati
bahkan hingga memimpikan Melati di dalam tidurnya. Dewa pun merasa iba dan
kasihan terhadap Melati atas musibah yang melanda keluarganya. Dewa juga merasa
bersalah tidak berhasil menenangkan Melati disaat-saat seperti ini, mereka
malah berjauhan bahkan tidak berkomunikasi sama sekali, perasaan Dewa terhadap Melati seakan melibihi
perasaan seorang teman. Ya, Melati memang cantik dan shalihah dan Dewa menyukai
tipe wanita seperti itu tapi Dewa selalu menyangkal dan menahan diri untuk
tidak mencintai Melati karena dia mengerti perbedaan keluarga mereka dari segi
ekonomi maupun kehormatannya. Dewa pun menghindari perilaku zinah seperti
anak-anak muda yang sudah berpasangan dan mudah melakukan zinah tersebut di
jaman sekarang.
Disisi lain Melati yang sembari
menjaga ibunya sakit di rumah sakit, dia juga memikirkan Dewa dan keadaannya. Melati
sama sekali tidak membenci Dewa atas penangkapan ayahnya, ia hanya berdoa dan
berharap ayahnya terbebas dari kasus itu karena ia yakin selama ini ayahnya
selalu bertindak benar.
Seminggu lebih Melati menjaga ibunya
di rumah sakit, dan ayahnya mendekam di balik jeruji besi. Ini lah tiba saatnya
dimana Dewa maupun Melati menunggu hasil keputusan sidang dibacakan siapa saja
yang bersalah dan terjerat kasus korupsi ini. Melati pun berdoa dan berusaha
tabah sambil menenangkan ibunya. Dewa juga hadir dalam sidang itu dan berharap
kebenaran yang sebenarnya terungkap.
Saat semua bukti dan saksi
dipersidangan dimunculkan dalam persidangan itu menguatkan adanya keterlibatan
semua pejabat kota dari Walikota hingga semua anggota DPRD yang juga termasuk
ayahanda Melati terbukti bersalah menyelewengkan uang anggaran Dinas dengan
penggunaan yang tidak semestinya. Namun sebelum hakim membacakan keputusan,
ayahanda Melati, Bapak Sunarto melakukan pembelaan dengan menghadirkan sanksi
dan bukti-bukti baru yang menguatkan tuduhan terhadap dirinya dan beberapa
orang temannnya di DPRD tidak bersalah. Setelah saksi dan bukti itu yang
diberikan Bapak Sunarto dimunculkan di persidangan akhirnya itu menepis
keputusan hakim untuk menjerat Bapak Sunarto ke dalam sanksi hukum. Tidak hanya
itu saja beberapa teman anggota DPRD bapak Sunarto yang tergabung dalam satu
fraksi mereka tersendiri dinyatakan tidak bersalah oleh hakim karena hakim menemukan
bukti yang kuat bahwa frasksi Bapak Sunarto dan kawan-kawan tidak ikut campur
dalam melakukan tindak pidana korupsi terhadap anggaran Dinas Kota di kasus
tersebut, akhirnya Bapak Sunarto bebas dan membuat Melati sangat bersyukur.
Setelah persidangan Dewa pun
menghampiri Bapak Sunarto dan mencium tangannya sambil memohon maaf, disaat itu
pula Dewa menangis sedih merasa bersalah karena membuat Bapak Sunarto sempat
dipenjara, Melati yang melihatnya merasa sangat terharu akan kemurahan hati Dewa.
Lalu ayah melati pun meminta Dewa untuk menikahi Melati kemudian Dewa menjawab
mau atas permintaan itu. Melati pun tersipu
malu akan jawaban Dewa, Ayah dan Ibu Melati tersenyum bahagia
melihat Melati mendapatkan pria yang baik.
Empat tahun kemudian setelah Melati dan Dewa lulus dari studinya dan Dewa telah
mendapat pekerjaan tetap mereka berdua menikah dan menjadi pasangan yang
bahagia hidup bersama selamanya. Teman-teman mereka menjuluki mereka pasangan
aktivis mahasiswa dan aktivis mahasisiwi yang bahagia, julukan itu dibalas
dengan senyum sumringah kedua mempelai, Dewa dan Melati.
Dari cerita lika-liku percintaan remaja
islami antara Dewa dan Melati kita mendapatkan pelajaran bahwa seorang aktivis
yang membela aspirasi-aspirasi rakyat seharusnya tidak selamanya bertindak
menyalahkan dan beraksi dengan keras karena belum tentu yang kita curigai
bersalah dia benar bersalah. Kisah cinta remaja Dewa dan Melati yang bernuansa islami seakan
membuka mata bahwa seorang mahasiwa harus pintar dan aktif serta dengan menjadi
aktivis juga harus mempunyai perasaan cinta terhadap negaranya dengan
perjuangan membela aspirasi rakyat, memiliki rasa kemanusiaan mendengar
penderitaan masyarakat dan juga tak hanya perasaan cinta terhadap lawan jenis
saja yang dipentingkan hanya karena remaja, tetapi juga harus ada perasaan
cinta kepada semua makhluk serta perasaan cinta kepada Tuhan dengan ditunjukannya
akhlak yang mulia.
Cerpen ini juga dapat dibaca di dalam Buku
Cinta Karena-Nya Penerbit Pena House.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar