SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG

Senin, 10 Mei 2010

Karangan

Pemimpin yang Zalim

Karya: Faiz Deja Ramadhan

Di suatu negeri yang damai, tentram, dan indah terdapat penduduk yang damai, kaya dan sejahtera. Negeri ini bernama SMANSA, negeri terbaik yang ada di jagat raya, sungguh semua orang di dunia sangat mengagumi negeri ini. Penduduk di negeri ini sangat dihormati oleh semua warga dunia.

SMANSA bisa dibilang negeri impian karena tak ada seorang pun yang tidak ingin tinggal disana. Nama SMANSA sangat mahsyur dan tak ada duanya. Penduduk bahagia dari tua, muda, remaja, dan dewasa sangat bangga dan senang menjadi bagian dari negeri ini.

Seorang pemimpin ramah, cerdas dan baik hati adalah orang di balik kedahsyatan SMANSA, pemimpin itu bernama Raja SM. Raja SM adalah pemimpin yang sangat pintar, baik hati dan sungguh tak ada seorang penduduk SMANSA pun yang ingin kehilangannya. Bisa dibilang Raja SM adalah pemimpin terhebat dan terbaik yang pernah ada.

Sampai pada suatu hari hal yang tidak diinginkan pun terjadi. Raja SM harus meninggalkan jabatannya dan digantikan oleh seorang Ratu yang tak dikenal, Ratu ASP.

Kini SMANSA berubah, kepemimpinan Ratu ASP sungguh ironis peraturan-peraturan aneh pun ditegakkan banyak penduduk remaja menilai beliau adalah seorang otoriter yang kejam. Sampai Panglima Perang Utama Kerajaan pun sangat membencinya.

Semua penduduk SMANSA kini dihantui banyak rasa takut akan peraturan baru yang dibuat. Bukan salah jika peraturan baru oleh seorang pemimpin dibuat. Namun sangat menyedihkan jika peraturan itu dibuat tanpa ada rasa kemanusiaan.

Suatu hari, baru aku rasakan betapa sadisnya kehidupanku di SMANSA kini. Beliau yang terhormat Ratu ASP melakukan tindakan zalim kepada diriku dan teman-temanku.

Boleh dibilang kejam, keji, baik, atau apapun itu hanya karena kesalahan yang tidak sengaja aku harus dihukum ibarat tahanan. Hanya karena kata “telat” satu hari ini aku tidak belajar di negeri SMANSA. Luar biasa aku telat bukan kemauanku padahal aku pun niat belajar ke SMANSA pagi ini walau sebelumnya dilarang orang tua untuk masuk karena aku masih lelah setelah tes seleksi kemarin.

Niat baik ku berubah seratus delapan puluh derajat menjadi suatu penyesalan karena tidak mendengar nasihat orang tua. Lebih baik tidak datang daripada telat dan tidak boleh belajar oleh pemimpin SMANSA hari ini.

Tidak sengaja tapi memang salahku, tapi ini semua dibayar dengan kezaliman beliau. Bukankah merupakan suatu “pembodohan” jika aku tidak diizinkan belajar. Lalu mau bagaimana generasi SMANSA ke depan maju atau mundur ? Hukuman memang harus ada tapi jangan buat kami tambah menderita. Bukannya insyaf malah tambah liar.

Tidak ada yang membela kami tapi sudahlah siapa yang berani lawan pemimpin? Nanti kalau sang Ratu telat harus dipanggil ya orang tuanya. Kalau dibilang kapasitas siswa (rakyat), guru (pejabat), dan kepsek (pemimpin) berbeda Lalu siapa yang memberi contoh kepada siswa? Jika mereka semua melanggar peraturan. Makannya peraturan harus adil untuk semua golongan.