Persembahan
Terakhir
Karya: Faiz Deja Ramadhan
Hari itu sekitar pukul 10
pagi, Kami pun segera melangkahkan kaki menuju ke ruang kelas Bahasa Inggris
sebab sekolah kami menggunakan sistem moving class sehingga membuat kami harus
berpindah di setiap pergantian jam pelajaran. Meskipun begitu semangat belajar
saya dan teman-teman tidak pernah surut, terlebih kami yang baru menapaki satu
semester di kelas sebelas SMA atau semester pertama setelah kami berada di
kelas penjurusan. Saya berada di kelas 11 IPA 3 dan bersekolah di SMA Negeri 1
Karawang. Temanku di kelas ini mayoritas merupakan teman-teman yang saya temui di
kelas sepuluh dan ditambah beberapa teman yang baru saya kenal dari kelas
lainnya, akan tetapi mereka semua teman-teman yang menurut saya selalu menjaga
kebersamaan serta kekompakan. Pelajaran Bahasa Inggris akan segera dimulai
sebelum guru memasuki ruang kelas biasanya kami semua telah menyiapkan buku
pelajarannya di atas meja agar semua terlihat telah dipersiapkan meskipun buku
itu hanya ditaruh dan kami melanjutkan obrolan bersama teman sebangku
masing-masing.
Bu Dede akhirnya datang
dan memulai pelajaran Bahasa Inggris di kelas dengan pertanyaan-pertanyaan
interaktif berbahasa Inggris, sontak kami yang awalnya belum mempersiapkan
jawaban atau mengetahui artinya, terbata-bata dalam menjawab pertanyaan. Hingga
di tengah jam pelajaran Bu Dede pun meminta izin untuk menyelesaikan jam
pelajaran lebih cepat karena beliau kedatangan tamu. Kami pun senang, namun Bu
Dede mengingatkan bahwa siang hari kelas kami masih memiliki satu jam pelajaran
terakhir yaitu jam pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan oleh Pak Amien.
Namun Bu Dede memberitahukan sesuatu bahwa Pak Amien sedang berulang tahun di
hari itu, kami pun langsung mendapatkan ide untuk merayakan ulang tahun Pak Amien
agar jam pelajaran terakhir kami itu kosong kembali dan diisi perayaan ulang
tahun untuk seorang guru. Kebetulan Pak Amien juga merupakan guru yang sangat
baik hati meskipun beliau sering memberikan tugas tetapi kami memaklumi karena
keadaan beliau yang sedang menderita suatu penyakit membuat beliau tidak
memungkinkan untuk berbicara terlalu banyak di depan kelas. Sebagian orang di
kelas kami pun pergi untuk membeli kue ulang tahun berukuran sedang. Akhirnya
saat jam pelajaran dimulai kami memberikan kejutan kepada Pak Amien dengan
sebuah kue ulang tahun. Raut wajahnya begitu senang mendapatkan sebuah kejutan
dari para muridnya di suatu kelas dan ternyata baru kelas kami yang pertama
merayakan ulang tahun beliau di tahun ini. Kami pun cukup bangga dan senang bisa
melihat beliau senang, niat kami yang awalnya tidak baik untuk mengosongkan jam
pelajaran ternyata tidak berhasil juga karena Pak Amien tetap mengajar di
sedikit waktu, meskipun begitu kami sekelas sungguh senang.
Setahun kemudian saat
kami berada di kelas dua belas atau kelas tiga, pada suatu hari pengumuman dari
pengeras suara di sekolah berbunyi dan mengumumkan bahwa Pak Amien telah
meninggal dunia karena penyakitnya. Sungguh sangat mengejutkan dan membuat kami
turut berduka cita. Kami menyadari kejadian perayaan kecil untuk ulang tahun
beliau setahun yang lalu menjadi sebuah persembahan terakhir untuk beliau.
Peristiwa itu menjadi sebuah kenangan tak terlupakan bagi kami. Kenangan
bersama guru yang kami hormati, seorang guru yang tetap bertahan dan berjuang
di tengah kondisi tubuh yang sakit untuk mengajar demi mencerdaskan generasi
bangsa.
Cerpen ini dapat dibaca dalam 1. Buku
Guru dalam Memoriku terbitan Penerbit Meta Kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar