SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG

Jumat, 17 September 2010

All of My Websites:



Contact with me on:

http://www.facebook.com/faiz.d.ramadhan

http://twitter.com/FDR_fortos

http://faizdejaramadhan.blogspot.com

http://profiles.friendster.com/user.php

http://flickr.com/people/44748479@N07

http://plurk.com/faizdr

http://fupei.com/profile/FAIZDR

http://hi5.com/friend/profile/displaySameProfile.do?userid=511962635

http://www.bebo.com/FaizD9

http://id.linkedin.com/pub/faiz-deja-ramadhan/1a/a34/137

http://friendfeed.com/faizdejaramadhan

Koprol: faizdeja

http://www.myspace.com/501020458

http://www.formspring.me/faizdeja

Skype: faiz.deja.ramadhan

Yahoo Messenger: rfaiz15

e-mail: rfaiz15@yahoo.co.id

e-mail: holyvictory.ramadhan5@gmail.com

MSN or Windows Live Messenger : faizdr@hotmail.com

My Phone: 085691284128 and 08816858764

Selasa, 07 September 2010

Karangan 2

Kemerdekaan Ku Yang Ternoda
Karya: Faiz Deja Ramadhan



Ini kisahku, seorang murid sekolah menengah atas terfavorit di salah satu kota kecil di Indonesia. Sebut saja namaku Doni, siswa kelas XI jurusan IPA di SMA terfavorit di kota ku, yang tinggal di pedalaman terpencil, desa Sukamekar namanya.

Pada pagi hari tanggal 17 Agustus 2010, semua rakyat Republik indonesia memperingati hari kemerdekaan negerinya yang ke 65 tahun. Tidak seperti kebanyakan orang yang bermalas-malasan ketika melihat tanggal berwarna merah di kalender, aku sangat semangat pergi ke sekolah memperingati HUT RI tahun ini walaupun aku sedang berpuasa karena saat itu bulan Ramadhan.

Di rumahku yang sangat sederhana, aku yang anak tunggal kedua orang tuaku sangat disayang bahkan jika pergi ke sekolah pun selalu diantar walaupun hanya dengan motor usangnya Bapak. Pagi di hari kemerdekaan itu pun diawali dengan percakapan aku dan Ibuku.

"Mau pergi kemana toh Le ? Sudah rapi sekali pagi-pagi begini, bukannya ini hari libur yo?" Tanya Ibu heran melihat ku telah berpakaian seragam sekolah ku rapi pada pukul 05.30 pagi.
"Ke sekolah lah Bu. Hari ini kan HUT kemerdekaan RI ke 65 sebaiknya kita sebagai rakyat Indonesia mensyukurinya dengan peringatan yang hikmat apa lagi ini bulan Ramadhan pasti pahala ibadah kita jadi lebih banyak." Jawab ku.
"Ya benar itu, Bapak setuju sama kamu Don !" Seru Bapak yang tiba-tiba datang.
“Oalah, ibu sih ndak keberatan kamu pergi sekolah hari libur gini, tapi dompet Ibu yang keberatan toh kamu tahukan Bapakmu cuma pegawai biasa, terus sekolahmu jauh, ongkosnya banyak, bensinnya mahal, motor Bapakmu juga sudah ndak kuat, jaraknya jauh dari desa kecil ke pusat kota, lebih baik istirahat wae lah di rumah.” Ucap Ibu.
“Tidak Bu, Doni harus pergi ke sekolah, kalau bukan kita yang memperingati hari kemerdekaan ini siapa lagi?” Jawab ku.
“Ya Bu, sudahlah itu seterah Doni. Kalau urusan ongkos atau bensin biar itu jadi urusan Bapak ndak usah Doni yang memikirkan.” Sanggah Bapak.
“Kring….Kring….Kring…..!” Suara telepon rumahku berbunyi, lalu aku segera berlari untuk mengangkat telepon itu.
“Hallo, Assalamualaikum !” Sapa Ku.
“Walaikumsalam, bisa bicara dengan Doni ? Ini teman sekelasnya Ilena.” Tanya orang diujung telepon itu yang ternyata Ilena temanku.
“Iya ini saya sendiri. Ada apa Ilena kamu menelepon pagi-pagi begini ?” Tanyaku kembali.
“Oh kamu Don. Maaf saya mengganggu, saya mau menitipkan izin kepada kamu bahwa saya tidak bisa masuk hari ini, kebetulan kan kamu Ketua Kelas XI IPA 5, jadi saya memberi tahu ke kamu tapi nanti orang tua saya akan datang kok untuk mengantarkan surat.” Jelas Ilena.
“Oh ya nanti saya sampaikan ke guru piket kalau urusan surat nanti saya beritahu ke sekolah. Ngomong-ngomong kenapa kok kamu tidak bisa masuk hari ini ? Padahal kan ini 17 Agustus loh.” Tanyaku heran.
“Iya saya mau ada acara saja, Ayahku saja tidak masuk kantor hari ini padahal ada upacara di kantornya maklumlah atasan. Saya juga malas upacara di sekolah hahaha. Tapi kamu masuk sekolah kan Don?” Jelas Ilena sambil tertawa dan bertanya lagi.
“Ya sudah Len tidak apa-apa. Iya saya pasti masuk sekolah kok.” Jawab ku.
“Hahaha, ya ampun kamu rajin banget sih ! Kalau aku jadi kamu aku pasti males, apalagi rumah kamu sangat jauh kan lebih jauh dari rumahku! Ya udah deh gak apa-apa, selamat menikmati acara di sekolah ya !” Ujar Ilena sambil tertawa bahagia.
“Iya Len, Assalamualaikum!” Ku akhiri telepon itu dengan salam tapi Ilena tidak menjawabnya.
Aku pun termenung sejenak memikirkan ternyata masih banyak warga negara yang acuh dengan kemerdekaan bangsanya, seperti Ilena dan ayahnya. Rasa heran sangat ku membuat ku bertanya-tanya apa aku salah jika prig ke sekolah hari ini ?
“Siapa Don?” Tanya Ibu mengagetkanku.
“Ilena Bu, teman sekelas saya dia memberitahukan saya, kalau dia tidak bisa hadir ke sekolah hari ini.” Jawab Ku.
“Ilena yang anak nya pak Camat Butan itu?” Tanya Ibu.
“Iya Bu !” Jawab Ku .
“Kenapa dia ndak masuk, kan 17 Agustus?” Tanya Ibu.
“Katanya sih ada acara Bu, Ayahnya juga tidak ikut upacara di kantornya.” Jawab Ku.
“Dia dan ayahnya saja yang seorang camat libur Le di rumah istirahat, kamu yang anak deso ruajin bener ke sekolah, tanggal merah gini.” Ujar Ibu.
“Ya sudahlah Bu, itu kan Ilena dan keluarganya bukan kita.” Jawab Ku.
“Terlalu rajin kamu tuh Le !” Seru Ibu.
"Ya udah Bu, Doni pergi dulu ya! Assalamualaikum !" Ucap ku lalu bersama Bapak pergi keluar dan naik ke motor tua Bapak yang sudah berumur 14 tahun.

Sampai disekolah ku lihat sudah ramai teman-teman, adik-adik dan senior ku yang datang dan siap mengikuti Upacara Kemerdekaan HUT RI ke 65 yang dimulai pukul 07.00. Namun tak sedikit juga murid-murid yang terlambat saat Upacara siap dimulai banyak murid yang berlarian dan terburu-buru karena mereka pikir mereka tidak akan terlambat tapi itu salah.

Tak lupa aku melaporkan kepada Sekretaris kelas ku Yuli bahwa Ilena tidak bisa hadir hari ini dan ditulis keterangan di daftar absen.

Akhirnya ibu Sinta yang merupakan guru BP di sekolah ku memanggil-manggil seluruh siswa untuk berbaris di lapangan dengan cepat karena upacara akan segera dimulai. Akan tetapi hingga ibu Sinta selesai berbicara masih ada beberapa siswa yang baru sampai pintu masuk SMA ku, bahkan mungkin saja masih ada juga yang baru sampai di pintu gerbang.

Upacara pun dimulai dan berjalan dengan lancar dari mulai awal lalu pengibaran bendera hingga pembacaan teks Proklamasi oleh Pembina Upacara yang juga Kepala SMA ku.

Saat amanat di ucapkan oleh Pembina Upacara sekaligus Kepala SMA ku merupakan saat yang sangat kunanti apakah yang akan Ibu Kepala Sekolah sampaikan kepada kita mengingat bahwa Upacara HUT RI tahun ini diberi amanat oleh seorang Kepala Sekolah baru yang bernama Ibu Nadia.

Aku pun menebak bahwa Ibu Nadia akan menyampaikan sejarah perjuangan Kota kami yang turut serta dalam meraih kemerdekaan Indonesia , atau sejarah pembuatan proklamasi ? Ternyata semua dugaan ku salah Ibu Kepsek tidak membahas sejarah Proklamasi sedikit pun bahkan tidak memotifasi muridnya untuk mempertahankan kemerdekaan melainkan beramanat tentang ketakutan akan Akreditasi sekolah satu bulan mendatang tidak ada hubungannya sama sekali dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 65 yang ada hanya cara agar sekolah kita lolos Akreditasi bulan depan. Seakan Kepsek takut sekali dengan sebuah akreditasi. Ini lah sepatah kata Kepsek saat beramanat:
“….. Ibu menginginkan pada bulan depan sekolah kita mendapat nilai A pada akreditasi itu, dan Ibu harapkan kalian bekerja sama menjaga nama baik, penampilan, dan citra sekolah kita. Ibu tidak akan memaafkan murid yang membuat nilai akreditasi sekolah kita menjadi jelek .…. .”

Tubuhku menjadi lemas, lesu, lunglai, letih semua perasaan sedih dan malu membuat aku menjadi menyesal mengikuti upacara ini bahkan benar kata Ibu dan Ilena lebih baik aku tidak masuk hari ini dan istirahat di rumah karena ini tanggal merah.

Tapi ya sudahlah ikuti saja sampai upacara selesai walaupun amanat yang lama, gak nyambung dan gak jelas terus menggelitik kupingku tapi aku akan tetap bertahan hingga upacara selesai.

Upacara pun selesai aku terduduk lemas di kursi kelas menaruh kepalaku diatas meja sambil mendengarkan kritikan teman-temanku akan upacara yang mengecewakan tadi, ada yang menghina kepsek, ada menghina acara sekolah semua temanku seakan sependapat denganku yaitu menyesal hadir hari ini ke sekolah. Aku pun bertanya apakah ini yang namanya kemerdekaan yang ternoda?

Lemas memang melihat, merasakan, bahkan mendengar segala yang terjadi di Upacara memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 65 tanggal 17 Agustus 2010 di sekolah ku ini apalagi yang namanya amanat .
“Doni bangun!” Seru temanku Lisa membangunkanku dari tidurku di kelas.
“Hah Lisa, aku tertidur? Sudah berapa lama aku tidur?” Tanayku terkejut.
“Gak kok Don belum lama baru 30 menit, Doni kamu lupa ya kalau kamu ikut lomba membuat poster mewakili kelas XI IPA 5.” Ujar Lisa.
“Oh ya Lis, sorry aku lupa ayo cepet kita ke tempat perlombaan.” Ujar Ku.
“Ayo !” Seru Lisa.
Ternyata saat aku sampai di tempat perlombaan perlombaaan belum dimulai, masih lima menit perlombaan dimulai.

Saat menunggu lomba dimulai aku bertemu wali kelas sekaligus Guru mata pelajaran Kewarganegaraan yang mengajariku. Ada Ini Beliau sangat dekat dengan ku karena aku Ketua Kelas XI IPA 5 dan beliau wali kelasnya. Nama beliau adalah Bapak Yoseph. Ternyata dia yang menyapaku duluan.
“Doni kamu kenapa terlihat murung ? “ Tanya Pak Yoseph lalu aku mencium tanggannya.
“Oh, Tidak ada apa-apa kok Pak.” Jawab Ku.
“Kamu mau ikut lomba poster ini, mewakili IPA 5 ya ?” Tanya Pak Yoseph.
“Iya pak benar. Pak ada yang saya mau tanyakan. Menurut Bapak bagaimana Upacara HUT RI di sekolah kita tadi? “ Tanya Ku.
“Iya kamu tahu sendiri kan bagaimana Bapak juga cukup malu akan upacara tadi tapi ya sudahlah itu telah berlalu.” Jawab Pak Yoseph dengan logat bataknya.
“Ternyata Bapak berpendapat sama dengan saya ya Pak. Lalu bagaimana hal seperti itu apakah akan merusak rasa Nasionalisme dan Patriotisme kita?” Jawab Ku.
“Iya semua orang juga merasakan kok Don. Tenang saja Don, rasa Nasionalisme dan Patriotisme itu bergantung pada hati di dalam diri kita masing-masing bukan pada suatu Upacara. Dan bagaimana kita merasakan perjuangan para pahlawan meraih kemerdekaan.” Jelas Pak Yoseph sambil menunjuk dadanya dan logat bataknya sangat membangkitkan rasa perjuangan.
“Baik Pak, terima kasih atas nasihatnya, saya masuk dulu doakan IPA 5 menang ya Pak.” Ujar Ku lalu masuk ke ruangan lomba poster.
“Iya Nak, pasti Bapak doakan.” Seru Pak Yoseph.
Benar kata Pak Yoseph mau seperti apapun Upacara dan acara peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 65 rasa Nasionalisme dan Patriotisme harus kita tanamkan di dalam hati kita masing-masing. Akhirnya ku rasakan semangat perjuangan di dalam hatiku setelah mendengar nasihat Pak Yoseph dan melukis poster dengan semangat perjuangan 45.
Dan hasilnya perjuanganku berbuah manis kelas XI IPA 5 menjadi juara poster di HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 65 tanggal 17 Agustus 2010 di sekolahku.