PERTEMUAN-PERTEMUAN DENGAN DUKA
Karya: Faiz Deja Ramadhan
Aku sebenarnya hanya
menulis dari curhat seorang teman. Riyan, teman baruku di kota pelajar yang ku anggap
sebagai kakak, saat keluarga terasa jauh di kota seberang. Aku mendapat
pelajaran banyak darinya, tentang kehidupan, tentang ilmu pengetahuan, dan
tentang pengorbanan. Hidupnya tak begitu mulus, bahkan tidak beruntung seperti
yang lainnya, namun dia tidak pernah menyerah untuk bertahan di antara kejamnya
hidup. Itulah pelajaran penting darinya yang akan aku kenang sampai nanti. Dia,
di balik sosoknya yang diam, banyak cerita masa lalu yang disembunyikan.
Dia sering tertegun
sendiri, bahkan merasa enggan jika orang mengatakan cinta, aku hanya diam saat
dia menceritakan lebih jauh. Baginya cinta adalah anugerah yang tak pernah
salah. Tapi orang lain memandang cinta adalah sesuatu yang salah dalam dirinya.
Suatu kisah pertama adalah cinta yang tak terungkap dengan sahabat lamanya
ketika SMP, mungkin saat itu masih disebut sebagai cinta monyet. Setiap hari
Riyan hanya mengirim surat-surat kecil atau puisi di dalam laci kelas atau
menempel di sepeda sang pujaan. Hal itu hanya membuat Riyan semakin di-bully . Perasaan cinta pertamanya yang
ditahan sejak sekolah dasar hanya berujung sebuah caci, pertemuan dengan Bella
mungkin menjadi hal manis dalam hidupnya, namun disisi lain cinta yang timbul
itu adalah suatu hal yang mustahil. Tiga
tahun dengan perasaan terpendam dan bully-an
yang tiada henti, dia tak pernah salah begitu pula dengan cintanya. Riyan hanya
diam ketika hujatan menerpa, belajar tetap menjadi prioritas dikala duka dalam
perasannya, prestasi tetap yang utama.
Kisah itu selalu
menjadi bayangan hingga kini. Kisah yang berulang lagi saat duduk di bangku
SMA. Sosok yang lain, Dias adalah pengisi hati berikutnya. Ini pertemuan yang
diharap tidak berujung duka lagi. Lebih nyaman selama tiga tahun hubungan
dengan Dias, bahkan sesekali Dias menyatakan cinta dalam nada bercandanya. Dia
tahu itu tidak serius, namun Riyan tetap dalam posisinya yang tak enak.
Teman-teman juga mengetahui kedekatan mereka, bully-an juga tak terelakkan. Riyan bahkan tak menganggap itu,
sudah cukup kebal dilatih dengan bullyan
selama tiga tahun di kisahnya yang lalu. Lagi-lagi dia menanggung apa yang
seharusnya menjadi bahagianya, apalagi saat Dias menggandeng pujaan hatinya,
Riyan memilih menjauh dengan perasaan yang dikuburnya dalam-dalam. Duka ini
berakhir dalam tahun ke tiga, saat Dias juga menghembuskan nafas terakhirnya.
Riyan, hidupnya penuh dengan
bully-an dari kisah pertemuannya
dengan orang yang terkasih. Bahkan dia diasingkan ke pedalaman Kalimantan
karena pertemuannya dengan orang-orang setelah Dias. Cinta dan dunianya adalah
pertemuan penuh duka, rasa cinta yang selalu kandas. Bagi Riyan yang merasakan
cinta, dengan siapapun dan dalam kondisi apapun adalah anugerah yang harus
dihormati dan bukan sesuatu yang dijadikan ejekan terlebih ketika status sosial
tak serasi. Hal indah yang aku pelajari dari sosok teman, Riyan mengisahkan
tentang pertemuan yang penuh pelajaran, duka di akhir adalah pukulan saat
perpisahan yang tidak manis. Namun ada hikmah, hikmah untuk saling menghargai
dan tidak memandang orang lain dari pandangan kita, tapi jadilah orang
tersebut. Jika diperbolehkan mengutip dari Trie Utami, “Bolehkan dia marah pada
Tuhan? Mengapa dalam cinta Dia dipertemukan, tetapi untuk bersama, dia tidak
diperkenankan.” Terimakasih Riyan, pelajaran hidupmu akan aku kenang.
Buku ini dapat dibaca pada Buku Pertemuan Kita Part 1 terbitan Antologi Penerbit Mafaza Media.
Silahkan berkunjung ke tulisan di blog sy dan mohon berikan response/komentar ya kawan-kawan. Terima kasih .
BalasHapus(http://suitincase.blogspot.com/2014/10/semua-dimulai-dari-satu-cerita.html)