SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG

Kamis, 18 Agustus 2016

Karya 56 (Cerpen) Dibukukan

Guru-Guruku Jago Sihir
            Faiz Deja Ramadhan

Nama ku Hendrian. Aku duduk dibangku kelas 11 di salah satu Sekolah Menengah Atas ternama di kotaku. Ini cerita yang sangat menghebohkan jika dipikir secara logika kebenarannya namun cerita ini sungguh seru dan merupakan hal yang sngat tidak terduga. Cerita tentang guruku di SMA yang sangat tidak lumrah. Inilah kisahku.

Waktu itu aku lihat jam tanganku menunjukan pukul 06.48 WIB. Ini mengejutkanku 12 menit lagi hampir sampai pada bel jam masuk sekolah yaitu Pukul 07.00 WIB dan aku sungguh merasa was-was karena setik-detik menuju jam 7 pastinya akan membuat pak satpam menutup pintu gerbang sekolah, sementara aku masih melaju dengan kendaraan umum ini. Terlebih lagi si supir angkutan ini semakin sering mengeremkan kendaraannya dan memberhentikannya dipinggir jalan untuk sesuatu yang tak pasti penumpang yang belum tentu datang atau naik ke angkutan ini.

            Sesampainya di depan gerbang sekolahku aku lansung mengehentikan angkutan itu dan berteriak :
“Kiri.... . ” Sontak teriakan itu mengagetkan seisi penumpang angkutan itu yang berjumlah kurang lebih 14 orang.
“Sabar aja kali dek.. gak usah teriak juga .” Kata supir angkutan yang masih muda itu.
“Maaf Bang saya buru-buru, Maaf ye.. .” Permohonan maaf itu yang hanya bisa ku ucapkan saat keadaan kalut seperti ini.
Lalu aku pun berlari menuju gerbang sekolahku meskipun rasanya sudah tak mungkin terselamatkan dari kata ‘terlambat’ karena ketika aku melihat jam, waktu telah menunjukan jam 06.58 WIB namun aku yakin harapn itu masih ada. Dan aku pun terkejut dari seberang jalan sebelum aku menyebrang tampak pintu gerbang sekolah masih terbuka lebar, aku pun bersemangat lari semakin cepat.

            Namun setelah aku menyebrang lalu kulihat pontu gerbang sekolahku itu aku sungguh terkejut. Betapa tidak beberapa menit yang lalu aku masih melihat pintu gerbang sekolah ku yang besar iterbuka lebar dan masih banyak siswa yang lalu lalang masuk kedalam sekolah namun kini selang beberap menit yang ku butuhkan untuk menyebrang jalan raya membuat pintu gerbang telah tertutup rapat tanpa boleh ada siswa terlambat yang masuk sekalipun kecuali si Ibu kepala sekolah Miss Grace yang galak seperti nenek sihir itu langsung datang dan membukanya dihadapan kami. Tapi tak semudah itu sebelumnya kami akan mendengar nasihat yang panjang lebar darinya dan setelah itu baru kami menerima hukuman dari beliau. Entah itu membuat resume artikel atau pun esai yang jelas sangat memberatkan.

            Satu hal lagi yang paling aku tidak suka dari Miss Grace, Ia selalu mengancamku jika aku melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya seperti ketika aku terlambat ini pasti aku akan dapat ancaman yang lebih keras darinya. Miss Grace adalh orang yang sangat tidak suka dengan keluargaku terutama ayah dan ibuku karena dahulu Ia adalah mantan pacar ayahku dan orang yang paling tidak disenangi oleh almarhum ibuku.

            Ini yang kami semua tunggu, kami yang terlambat sangat menunggu kehadirannya Miss Grace, kepala sekolah kami. Lalu Ia berkata: "Sepertinya yang saya lihat anak-anak yang sama seperti hukuman-hukuman yang saya berikan sebelumnya, terutama kamu Hendrian sudah tiga kali ibu menasihati kamu dan sudah tiga kali pula kamu terlambat dan dihukum seperti ini."
Sungguh menyebalkan si Ibu Grace itu langsung menyinggungku dihadapan banyak orang dan anak-anak teman sekolahku saat itu.

Lalu kami semua digiring oleh Miss Grace ke dalam ruang kepala sekolah sekitar sepuluh orang yang terlambat pada hari itu masuk ke ruangan kepala sekolah dan bersiap untuk diadili, menghadapi dakwaan, dan mendapatkan hukuman. Kami semua ketar-ketir mendengar apa yang akan beliau putuskan dan hukuman yang akan diberikannya.

Setelah mendengarkan ceramah dan nasihat yang panjang lebar dari Miss Grace kami pun diberi hukuman untuk membersihkan satu ruangan perpustakaan, juga merapikan dan menata semua buku yang ada disana.

Semua yang pada hari itu datang terlambat dan mendapat hukuman itu pun menjalani apa yang harus mereka lakukan dengan sabar dan rela. Ada yang menata buku-buku yang banyak sekali itu untuk ditata ulang di puluhan rak buku yang tersedia di perpustakaan, ada yang menyapu dan membersihkan lantai dan ada pula yang membersihkan   jendela dari debu-debu yang menempel. Aku pun mengelap meja dan membersihkan debu-debu yang bersarang di atas meja baca perpustakaan tersebut.

Tiba-tiba temanku Rini datang dan menghampiriku ke dalam perpustakaan.
"Kamu dapat hukuman lagi ?" Tanya Rini.
"Iya Rin, mana si Miss Grace menyinggungku pula di depan anak-anak." Terangku sambil kesal.
"Bu Grace itu sudah terlalu dendam kesumat sepertinya dengan Papamu dan keluargamu. Tapi tak sepatutnya juga dia lampiaskan dendamnya ke kamu karena kamu juga tidak tahu apa-apa kan." Jelas Rini juga heran.
"Iya aku sungguh benci sama Bu Grace." Seru ku.
"Tapi tenang saja aku akan membantumu keluar dari kegelisahan yang dibuat oleh Bu Grace kepadamu selama ini." Jelas Rini menenangkan.
"Apa yang akan kamu lakukan Rin ?" Tanya ku.
"Sudah kami tak perlu tahu pokonya kita lihat saja nanti." Ujar Rini.
Aku pun mengangguk tanpa penasaran apa yang akan Rini lakukan nantinya. Benar atau tidak Rini akan membantuku, tidak terlalu aku pikirkan karena aku masih kesal sama kepala sekolah menyebalkan itu.

Selesai dari hukuman yang melelahkan itu, hidupku masih belum tenang karena Bu Grace memberi kami tugas Esai untuk dikerjakan di rumah sebagai sebuah hukuman lanjutan. Sunguh menyebalkan.

Sepulang sekolah dan pelajaran seharian ini selesai, aku pergi ke toilet dan setelah keluar dari toilet teman-temanku yang tadi pagi terlambat dan beberapa emanku yang lain yang sering terlihat mendapat hukuman bersama aku karena terlambat menghadangku. Mereka pun memarahiku.
"Semua ini gara-gara kamu kalau ada kamu yang telat dan melanggar peraturan pasti kita semua dihukum oleh Ibu Grace." Ujar mereka.
"Loh kok gitu ?" Tanyaku bingung.
"Iya benar coba kamu lihat anak-anak yang terlambat datang di hari ketika kamu datang tepat waktu pasti mereka tidak dihukum sama Ibu Grace." Jelas salah seorang dari mereka.
Aku pun bingung dan terkejut sungguh tak menyangka dendam Ibu Grace kepadaku sangat kejam begitu. Padahal masalah Ibu Grace, papa dan mamaku adalah masa lalu.



Ketika aku terdiam dan terpaku membayangkan betapa kejamnya Ibu Grace. Tiba-tiba Bu Sonya datang dan berkata:
"Hentikan semua ini ! Kalian apa-apaan sih ? Mencegat Hendri seperti anak kecil saja. Sekarang saya minta kalian semua bubar !"
Setelah orang-orang yang menghadangku bubar aku pun ditarik Bu Sonya untuk mengikutinya ke dalam ruangannya.

Ibu Sonya adalah guru Matematika yang juga mengajariku, Ia sangat baik dan bersahaja. Ia juga kerabat papa dan mamaku serta mengetahui permasalahan antara masa lalu papa dan mamaku juga Ibu Grace. Bu Sonya juga sangat mengenali Ibu Grace karena Ia juga pernah menjadi tngan kanan Ibu Grace beberapa waktu.

Setelah fakta yang diutarakan oleh anak-anak yang menghadangku tadi aku pun juga menemukan fakta baru. Sebab Ibu Grace juga guruku yang mengajar Bahasa Indonesia di kelasku dan entah mengapa setiap pelajarannya aku selalu mendapat nilai yang buruk sendirian di kelas, tidak pernah lulus ujannya bahkan sering mengikuti remedial dihadapannya sendiri. Ini membuktikan bahwa Ibu Grace sangat tidak suka denganku.

Setelah pemkiran-pemikiran dan anggapan itu aku pun juga diperkuat dengan kata-kata Ibu Sonya tentang Ibu Grace terhadapku.
"Setelah Ibu melihat semua yang dikatakkan teman-teman yang menghadangmu tadi ternyata benar. Ibu akan memberi pelajaran kepada Ibu Grace karena Ibu tidak suka orang yang pendendam dan guru yang menekan siswanya." Jelas Bu Sonya.
"Lalu bagaimana caranya Bu ?" Tanya ku.
"Pokoknya nanti malam kamu datang ke Lapangan Basket sekolah karena Ibu telah meminta Ibu Grace menemui Ibu nanti malam." Terang Ibu Sonya.
"Ok Bu, saya akan membantu Ibu nanti malam." Kata ku meyakinkan.

Malam hari itu pun riba malam dimana Ibu Sonya berani menantang Ibu Grace dan melawannya demi membantuku aagar tidak selalu dizolimi Ibu Grace. Dan ini semua sangat mengejutkanku dimana awalny ku kira Ibu Sonya hanya akan membelaku dengan memberikan pengertian dan omongan kepada Ibu Grace ternyata, ketika  mereka berdua bertemu dan bertatapan mata ternyata Ibu Grace dan Ibu Sonya mengeluarkan sihir dari jari telunjuk mereka saling melawan dan menjatuhkan.

Ternyata ini adalah pertarungan yang sangat dahsyat antara kedua guruku alias pertarungan antara guru matematika dan kepala sekolahku. Mereka berdua guru-guruku yang jago sihir sungguh aku masih tak percaya. Kembang api dan sinar-sinar perciikan api itu muncul semakin banyak setiap kali mereka berdua mengeluarkan banyak jurus sihir mereka.

Sampai pada akhirnya Bu Sonya mengeluarkan satu jurus yang dapat menjatuhkan Ibu Grace tersungkur ke tanah. Ibu Grace pun pergi dan berkata bahwa dia tidak akan menyerah mengganggu dan merusak hidupku seperti yang dilakukan mamaku yang membatalkan pernikahan Ibu Grace dan papaku di masa lalu hingga sampai sekarang Ia pun belum menikah.

Aku pun semakin takut dan menangis sekn Ibu Grace telah dan akan menjadi ancaman seumur hidupku. Aku butuh mamaku untuk ku peluk. Lalu Ibu Sonya pun memelukku yang menangis saat itu sambil Ia menenangkanku.


Keesokan harinya sekelompok polisi datang ke sekolahku dan menangkap serta memborgol Ibu Grace atas tuduhan yang mengatakan Ibu Grace telah mengkorupsi dana sekolah dan mendapatkan uang suap dari Wali Kota di kota kami. Dan itu semua dibuktikan dengan rekaman CCTV yang dibeberkan Rini yang diam-diam dia ambil di  dalam ruang kepala sekolah  ketika Bu Sonya dan Ibu Grace bertarung malam itu. Ibu Grace lupa mengkunci pintu ruangannya karena sudah dijebak oleh rencana Ibu Sonya. Akhirnya Ibu Grace ditangkap polisi dan dipenjara hingga hukumannya seumur hidup. Aku sangat senang sekali hidupku kini tenang tanpa ancaman sedikitpun. Aku sangat berterima kasih kepada Rini dan Ibu Sonya yang sangat menyayangiku dengan cara mereka menolongku. Dan akhirnya Ibu Sonya menjadi kepala sekolah di sekolahku dan menikah dengan papaku karena papaku kagum atas perjuangan Ibu Sonya menyelamatkan hidupku.  Soal sihir Ibu Sonya, dia mengatakan kalau kekuatan sihirnya akan hilang ketika Ia menikah dan dia juga tidak pernah mempergunakan sihirnya untuk kejahatan kecuali untuk menjatuhkan orang jahat seperti Ibu Grace. Aku pun hidup bahagia dan dapat tersenyum kembali sekarang.

Cerpen ini dibukukan Penerbit Sinar Gamedia Utama di Buku Kumpulan Cerita Fantasi 2016.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar