Cerita
Sore Adik
Karya : Faiz Deja Ramadhan
Sore di teras rumah yang sepi, hanya aku dan adikku
yang duduk sambil membuka-buka majalah yang baru dibelinya tadi di tukang
loper. Adikku nampak serius membaca, membolak-balik halaman mencari gambar yang
menarik atau sekedar membaca cepat, cepat bukan untuk memahaminya. Tapi sekedar
membaca saja. Aku sendiri sibuk dengan ponsel pintarku yang kuanggap lebih
pintar dariku, aku masih kebingungan bagaimana mengoperasikannya. Menjadi
pengasuh adik di sore ini terasa menyenangkan, jarang-jarang aku dapat berduaan
dengan jagoan kecil ini.
“Kak, lihat deh ini.
Katanya sebentar lagi mau puasa Kak?” Sambil menunjukkan artikel di majalahnya.
“Oh iya, memang satu
minggu lagi puasa Dek. Kenapa? Adik mau puasa?.”
“Tapi aku belum kuat Kak.”
“Ya kan latihan dulu
Dik, kakak dulu juga seperti Adik, penasaran puasa itu seperti apa lalu kakak
tanya ke mama dan di jelasin terus disuruh latihan.”
“Oh gitu, coba aku baca
dulu ya Kak, nanti aku tanya kalau belum tahu.”
Aku hanya tersenyum
kecil melihat adikku yang satu ini semangat belajar. Usianya baru tujuh tahun,
namun kemampuannya untuk membaca sudah terbilang mumpuni. Tak memerlukan waktu
lama, adikku sudah menyelesaikan artikel yang dibacanya.
“Kak, ini apa
maksudnya?” Sambil menunjukkan artikel yang dia baca.
Aku pun membaca dengan
perlahan berusaha memahami kalimat demi kalimat yang tertuang dalam artikel
tersebut.
“Oh itu istilah saja
Dik, kalau dalam Bahasa Jawa latihan puasa itu disebut Puasa Bedug yang artinya
puasa dibagi menjadi dua bagian, dari waktu sahur dan berbuka pada pukul dua
belas siang lalu dilanjut puasa lagi hingga waktu Maghrib, kalau sudah kuat
baru puasa seharian.”
“Jadi aku bisa Puasa Bedug
kak?”.
“Bisa, namun harus
sungguh-sungguh. Kalau sudah kuat ya tidak boleh Puasa Bedug lagi Dek. Adek
pengen puasa?”
“Iya kak, mau latihan.”
“Bagus itu, ini coba
baca artikel yang baru kakak buka!”
Aku memberikan
ponselku, dibacanya artikel tentang manfaat puasa yang baru saja aku buka dari
salah satu mesin pencari yang pintar. Dahinya mengkerut tanda sedang
berkonsentrasi, kalau seperti itu dia tak dapat diganggu lagi, adikku sibuk
menaik-turunkan layar untuk membaca artikel yang mungkin menarik baginya.
“Bagus kan artikelnya?”
“Nanti dulu, Kakak nih
ganggu terus.”
Aku beranjak untuk
mengambil minum, barangkali adikku lelah membaca artikel sepanjang itu.
“Sudah selesai belum? Ini
kakak bawain minuman dingin. Mungkin saja haus baca artikel sepanjang itu.”
“Ih kakak itu
ngeledek.”
“Banyak kan manfaat
dari puasa Dik?”
“Iya kak, ini juga
ditulis kalau puasa itu menyehatkan. Organ pencernaan istirahat untuk bekerja,
karena kasihan setiap hari bahkan setiap menit organ itu harus bekerja ya kak?”
“Iya, makanya ada bulan
puasa, agar organ pencernaan kita dapat istrirahat dalam sebulan penuh tentunya
akan bekerja, namun tidak terporsir seperti biasanya.”
“Mengendalikan nafsu
juga ya Kak?”
“Bener itu Dik, kan
kalau puasa tidak boleh makan dan minum. Jadi ya harus menahan diri agar tidak
tergoda Dik. Disamping itu tidak boleh marah-marah dan nakal, harus berlatih
untuk menjadi anak yang baik.”
“Aku kan enggak bandel
Kak.”
“Iya enggak bandel kok,
tapi sering ngebentak mama kan? Itu enggak boleh, Adik harus belajar
mengendalikannya.”
“Iya-iya Kak, eh tapi
ini kok ada tulisan dapat merasakan penderitaan orang yang tidak mampu Kak?”
“Benar sekali, Adik
pernah lihat kan anak-anak jalanan, pemulung dan nenek-nenek yang jual jamu
yang biasa mama beli?”
“Iya Kak tahu!”
“Nah, belum tentu
mereka dapat makan enak setiap hari seperti kita. Atau bahkan mereka hanya
makan satu kali sehari, sedangkan kita dapat makan berkali kali kan Dik? Nah
Allah maunya kita dapat merasakan apa yang mereka rasakan pula. Kalau kita
tidak makan atau cuma makan sekali sehari kan laper ya Dik. Makanya kita harus
menghargai mereka, kalau perlu membantunya. Karena dihadapan Allah kita semua
itu sama.”
“Oh iya-iya tahu aku Kak.
Besok aku mau ikut puasa ah. Tar bilang sama mama.”
“Tuh mama sudah
pulang.”
Adikku berlari
membukakan gerbang, dia nampak semangat menyambut mamanya.
Setelah mobil terparkir, dia langsung menunggu
di depan pintu dan mencium tangan mama. Membawakan belanjaan sambil bercerita
heboh. Aku hanya tersenyum dari jauh sambil melihat mamah yang juga menatapku
dengan senyum penuh tanya. Rasanya adikku sudah besar sehingga ingin mengetahui
segala hal. Puasa, semoga aku dan adikku dapat menjalaninya dengan sempurna
sehingga kami menjadi hamba Allah SWT yang disayangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar